PUISI AIKU
Apa itu puisi aiku???
Haloo temen temen, pasti lagi bingung sama yang namanya puisi aiku,
Ya, memang agak aneh ditelingan kita, tapi tenang disini kita mau belar bareng apa itu yang namnya puisi aiku,
Haloo temen temen, pasti lagi bingung sama yang namanya puisi aiku,
Ya, memang agak aneh ditelingan kita, tapi tenang disini kita mau belar bareng apa itu yang namnya puisi aiku,
Haiku adalah puisi pendek kuno yang sangat populer di zamannya hingga sekarang. Itu dikarenakan orang Jepang, terutama generasi mudanya, sangat melestarikan budaya yang ada. Oleh sebabnya Haiku masih dikenal baik oleh penduduk lokal Jepang maupun mancanegara.
Haiku sendiri muncul di akhir era Muromachi, namun berkembang saat memasuki zaman Kinsei (disebut juga sebagai zaman Pra Modern). Periode ini dimulai pada tahun 1602, yakni sejak Shogun Tokugawa Ieyasu yang berdiri sebagai pemegang kepemerintahan Jepang memindahkan pusatnya ke Edo. Haiku bermula dari rongga sebuah puisi berpola 5-7-5 silabel (suku kata) yang diciptakan untuk berbalas-balas bersama lawan main seperti pantun. Bagian pertama haiku yang terdiri dari 5 suku kata disebut dengan ‘shougo’ atau ‘kamigo’ (上五). Nakashichi adalah bagian tengah yang berjumlah tujuh suku kata (中七) dan ‘shimogo’ (下五) merupakan bagian akhir yang terdiri dari lima suku kata. Pola 5-7-5 ini merupakan bentuk dasar haiku. Namun, ada juga haiku yang tidak mengikuti pola tersebut.
Kemunculan media massa cetak pun ikut andil dalam mempengaruhi perkembangan dan penyebarluasan Haiku. Haiku-haiku yang berhasil diciptakan mulai dibukukan, diperbanyak dan disebarluaskan. Pola haiku yang khas, singkat serta padat namun penuh makna, membuat haiku populer di lokal bahkan hingga ke mancanegara.
Banyak penyair yang bukan berasal dari negara asalnya sendiri turut membuat puisi pendek ini dalam bahasa negaranya. Seperti di Indonesia. Ada komunitas Haiku yang menamai dirinya dengan nama “Danau Angsa”, sudah membukukan 500 puisi Haiku karya penyair Indonesia dalam buku antologi “500 Haiku Kumpulan Danau Angsa”. Para penggemar Haiku ini membuat karya dalam warna yang lebih sedikit kekinian.
Berikut adalah beberapa contoh Haiku dari pujangga atau penyair Jepang ternama.
Kyoshi
Shizukasa ya, hanasaki niwa no, haru no ame.
Betapa sunyinya, halaman berbunga, hujan musim semi.
Masaoka Shiki
Furusato ha, itoko no Ooshi, momo no hana.
Pada kotaku, anak-anak gembira, bunga pun mekar.
Basho
Furuike ya, kawazu tobikomu, mizu no oto.
Di kolam tua, seekor katak melompat, air pun pecah.
Kobayashi Issa
Yuki to kete, mura ippai no, kodo mo kana.
Salju mencair, desa pun penuh dengan, anak-anak.
Dan selanjutnya adalah beberapa karya haiku oleh saya sendiri. Hehehe… numpang narsis.
Hujan senjata
Tangis darah mengental
Di batas Gaza
Senandung bunda
Berdongeng dalam malam
Berbalut doa
Karena kayu
Manula terpenjara
Pantas? Adilkah?
Sebelum Maret
Hujan guyur Karawang
Di senja hari
Nah, kalau kita perhatikan lebih lanjut. Semua dari baris pada puisi-puisi tersebut seluruhnya berjumlah 5-7-5 silabel atau suku kata.
Sebagai contoh perhitungan, mari kita ambil puisi haiku karyaku yang pertama biar mudah.
Hu-jan sen-ja-ta (5 silabel)
Ta-ngis da-rah me-ngen-tal (7 silabel)
Di ba-tas Ga-za (5 silabel)
Benar bukan? Kalau kalian ‘kekeuh’ juga mau ambil puisi haiku dari penyair terkenal Basho buat dihitung silabelnya bisa kok, bisa. Tenang saja.
Fu-ru-i-ke-ya (5 silabel), ka-wa-zu to-bi-ko-mu (7 silabel), mi-zu no o-to (5 silabel)
Sama bukan dengan puisi haiku punyaku? Yaiyalah, orang aku ngikuti aturan jamak dari haiku kok, jadi wes pasti sama silabelnya. Gitu aja kok repot. *ditabok*
Akan tetapi, Minna-san. Yang menjadi khas dari puisi kuno Haiku bukan hanya aturan bentuknya saja yang 5-7-5 silabel dan berbalas-balasan dari satu sama lain seperti pantun, melainkan adanya juga ‘Kigo’ atau bahasa alam.

Comments
Post a Comment